Tips Menulis Cerpen dari Mas Ken Hanggara, Catatan Kelas Cerpen
Berawal dari pertanyaan saya kepada Mas Ken Hanggara bagaimana kiatnya bisa menulis cerpen, maka Mas Ken pun bercerita sedikit tipsnya. Meskipun di blog nya, http://kenhanggara.blogspot.com, ia juga menuliskan tips-tipsnya menulis cerpen yang tak biasa.
"Oke untuk mengawali mungkin saya bisa sedikit memberi uraian tentang bagaimana cerpen yang baik itu dibuat. Cerpen yang baik tidak melulu harus memakai kosakata/diksi2 yang "wow" dan tak juga harus membuat bingung pembaca dengan pola kalimat berbelit. Cerpen telah layak disebut baik jika dia:
1. Bagaimana cara agar cerita yg kita tulis tajam dan tidak bertele-tele?
Ini dari kebiasaan kita saja. Apa saja bacaan kita sehari-hari? Novel/kumcer macam apa saja? Ini juga pengaruh ke bagaimana kita meletakkan diri di hadapan halaman kosong. Jika ingin nulis cerpen dengan tajam dan tak bertele-tele, carilah bacaan-bacaan dan referensi yang demikian. Lalu berlatih rutin.
2. Bagaimana dengan jenis cerpen cocok untuk koran apa? Itu bagaimana caranya? Misal cerpen bebas bukan sosial kekerasan rumah tangga, itu jenis koran apa? Apa semua yg masuk koran cerpen harus tentang kehidupan sosial?
Tidak. Ada macam-macam. Kebanyakan 10 ribu CWS. Tapi ada juga yang pakai satuan "kata" atau "karakter" saja atau malah halaman. Masing-masing media ada aturannya. Nanti mungkin akan dishare aturan panjang cerpen media oleh Mbak Ajeng Maharani? Ada yg max 1000 kata. Ada juga max 800 kata. Ada yang 5 ribu karakter, dsb
Boleh saja. Tapi bisakah menjamin pembaca tak akan jenuh? Kalau bisa, boleh dicoba.
Radar Bromo, Fajar Makassar. Ada beberapa lagi yang lebih pendek seperti Banjarmasin Post.
Apakah cerpen dengan kalimat puitis/liris itu buruk? Tidak. Apakah cerpen dengan kalimat-kalimat lugas dan pendek-pendek itu buruk? Tidak.
Keburukan hanya akan terjadi jika kita tak mampu menguasai bahasa dan pondasi cerita kita sendirii. Maka tulislah sesuai dengan gaya teman-teman. Mana yang nyaman, tekuni itu.
Harus ada penanda waktu. Harus ada "sesuatu" yang jadi "pembelok alur" sebelum kita ganti arah alur. "Sesuatu" ini bisa apa saja dan tak harus keterangan gamblang seperti: "dua hari sebelumnya..." (yang seperti ini terlalu "jadul"). Bisa dicoba dengan membuat deksripsi tentang lokasi atau kondisi si tokoh utk "pembelok alur" itu. Memang tak mudah awalnya. Dengan latihan rutin, lama-lama akan tahu celahnya. Coba juga dengan sering nonton berbagai genre film (terurama thriller atau action). Dengan banyak menonton film, imajinasi kita akan terpacu untuk lebih mudah menulis alur maju mundur yang baik.
Bisa pakai ***. Cuma utk "10 tahun berlalu...", kok terlalu sering dipakai. Coba seperti cara saya di atas.
Baca Juga: Tips Membuat Paragraf Pertama Sebuah Cerpen
Tergantung kitanya lebih menguasai ke bagian apanya. Baiknya porsi dibuat berimbang dulu. Setelah jam terbang dirasa cukup banyak, bisa eksperimen dg lebih bebas.
Tulis cerpen dengan ide-ide berdasarkan pengalaman masa kecil dan sekolah. Atau coba pengalaman pribadi. Ini akan lebih mudah untuk berlatih.
1. Harus baca setidaknya 10 cerpen di satu media untuk meraba karakter cerpen macam apa yang mereka mau.
Kuncinya:
Saya tidak berguru secara langsung ke siapa2. Hanya berguru dari buku2 karya banyak penulis dalam dan luar negeri. Susah juga menyebut buku terfavorit karena saking banyaknya. api utk menyebut sebagian saja ada Seno Gumira Ajidarma, Eka Kurniawan, Ernest Hemingway, Hanan Al-Shaikh, Mark Haddon, Junot Diaz, Stephen King, Ayu Utami. Kalau disebut semua seperti ga akan cukup waktunya. Karena saking banyaknya.
(Ken Hanggara, 2019)
Sumber: http://kenhanggara.blogspot.com |
Menjawab pertanyaan saya, bagaimana kiatnya menulis cerpen, jawaban Mas Ken singkat. Rajin dan pantang menyerah, banyak baca dan latihan. Terakhir harus terbuka menerima segala macam kritikan. Demikian menurutnya.
"Oke untuk mengawali mungkin saya bisa sedikit memberi uraian tentang bagaimana cerpen yang baik itu dibuat. Cerpen yang baik tidak melulu harus memakai kosakata/diksi2 yang "wow" dan tak juga harus membuat bingung pembaca dengan pola kalimat berbelit. Cerpen telah layak disebut baik jika dia:
- Memiliki tokoh-tokoh yang jelas
- Setting waktu dan tempat yang jelas
- Konflik yang jelas dan logis
TANYA JAWAB
Selain pertanyaan saya tersebut, Mas Ken juga tidak keberatan menjawab pertanyaan lain dari peserta kelas Cerpen. Berikut rangkuman tentang tanya jawab peserta, dari kelas yang pernah saya ikuti.1. Bagaimana cara agar cerita yg kita tulis tajam dan tidak bertele-tele?
Ini dari kebiasaan kita saja. Apa saja bacaan kita sehari-hari? Novel/kumcer macam apa saja? Ini juga pengaruh ke bagaimana kita meletakkan diri di hadapan halaman kosong. Jika ingin nulis cerpen dengan tajam dan tak bertele-tele, carilah bacaan-bacaan dan referensi yang demikian. Lalu berlatih rutin.
2. Bagaimana dengan jenis cerpen cocok untuk koran apa? Itu bagaimana caranya? Misal cerpen bebas bukan sosial kekerasan rumah tangga, itu jenis koran apa? Apa semua yg masuk koran cerpen harus tentang kehidupan sosial?
Untuk tahu jenis-jenis cerpen koran, bisa dibaca koran-koran tersebut. Referensi termudah saat ini ada di web Lakon Hidup. Silakan bisa dipelajari semua karakter media di sana.
3. Apa semua cerpen yang masuk koran harus 10.000 CWS (Carakter With Space)?
Tidak. Ada macam-macam. Kebanyakan 10 ribu CWS. Tapi ada juga yang pakai satuan "kata" atau "karakter" saja atau malah halaman. Masing-masing media ada aturannya. Nanti mungkin akan dishare aturan panjang cerpen media oleh Mbak Ajeng Maharani? Ada yg max 1000 kata. Ada juga max 800 kata. Ada yang 5 ribu karakter, dsb
4. Apakah cerpen harus ada dialog? Jika hanya bahasa hati tokoh aku, bolehkah?
Boleh saja. Tapi bisakah menjamin pembaca tak akan jenuh? Kalau bisa, boleh dicoba.
5. Untuk cerpen 1000 kata dan 800 kata itu kan singkat sekali. Kalo boleh tahu di koran mana?
Radar Bromo, Fajar Makassar. Ada beberapa lagi yang lebih pendek seperti Banjarmasin Post.
Apakah cerpen dengan kalimat puitis/liris itu buruk? Tidak. Apakah cerpen dengan kalimat-kalimat lugas dan pendek-pendek itu buruk? Tidak.
Keburukan hanya akan terjadi jika kita tak mampu menguasai bahasa dan pondasi cerita kita sendirii. Maka tulislah sesuai dengan gaya teman-teman. Mana yang nyaman, tekuni itu.
6. Bagaimana tips untuk membuat alur cerita maju mundur yang mudah dicerna oleh pembaca, supaya pembaca tidak bingung?
Harus ada penanda waktu. Harus ada "sesuatu" yang jadi "pembelok alur" sebelum kita ganti arah alur. "Sesuatu" ini bisa apa saja dan tak harus keterangan gamblang seperti: "dua hari sebelumnya..." (yang seperti ini terlalu "jadul"). Bisa dicoba dengan membuat deksripsi tentang lokasi atau kondisi si tokoh utk "pembelok alur" itu. Memang tak mudah awalnya. Dengan latihan rutin, lama-lama akan tahu celahnya. Coba juga dengan sering nonton berbagai genre film (terurama thriller atau action). Dengan banyak menonton film, imajinasi kita akan terpacu untuk lebih mudah menulis alur maju mundur yang baik.
7. Apa boleh menggunakan tanda pemisah seperti contoh *** kemudia dilanjutkan dengan kalimat di paragraf berikutnya misalnya 10 tahun berlalu.
Itu terlalu mainstream ya mas?
Bisa pakai ***. Cuma utk "10 tahun berlalu...", kok terlalu sering dipakai. Coba seperti cara saya di atas.
Baca Juga: Tips Membuat Paragraf Pertama Sebuah Cerpen
8. Untuk penulisan cerpen yang baik itu, lebih bagus didominasi dengan dialog, atau didominasi dengan narasi?
Tergantung kitanya lebih menguasai ke bagian apanya. Baiknya porsi dibuat berimbang dulu. Setelah jam terbang dirasa cukup banyak, bisa eksperimen dg lebih bebas.
10. Sebetulnya banyak sekali pertanyaan, maklum saya ilmunya masih nol dan belum pernah mengirimkan cerpen kemanapun, selama ini menulis hanya untuk koleksi saja. Untuk pemula mungkin ada tips dari mas ken, jenis cerpen yang bagaimana yang mudah dipelajari?
Tulis cerpen dengan ide-ide berdasarkan pengalaman masa kecil dan sekolah. Atau coba pengalaman pribadi. Ini akan lebih mudah untuk berlatih.
11. Selamat malam mas Ken Hanggara, saya mau tanya kiat-kiat supaya media mau memuat cerpen kita apa saja ya? Misal kalau mau dimuat di media Jawa pos kita harus perhatikan apa?
1. Harus baca setidaknya 10 cerpen di satu media untuk meraba karakter cerpen macam apa yang mereka mau.
2. Rutin kirim.
3. Pakai surat pengantar yang sopan
4. Bikin cerpen sebaik mungkin. Jangan asal jadi lalu kirim. Edit berkali-kali dulu sampai cerpen itu "mulus" dan "matang".
5. Rajin kirim
6. Rajin kirim
7. Rajin kirim.
12. Salam kenal Mas Ken! Seringkali ide cerita kita sebenarnya biasa saja, Nah gimana caranya supaya jadi cerpen atau karya tulis yg menarik?
Kuncinya:
1. Ide biasa ditulis dengan cara pandang, karakterisasi, gaya bahasa, yang tak biasa.
2. Ide luar biasa ditulis dengan bahasa yang sederhana dan lugas.
Trik ini banyak dipakai oleh penulis-penulis besar. Coba baca cerpen-cerpen Seno Gumira Ajidarma, Eka Kurniawan, Yusi Avianto Pareanom, AS Laksana, sebagai contohnya. Sebagian cerpen mereka idenya sederhana tapi jadinya luar biasa.
13. Saya sudah halaman 4, tapi masih belum naik juga konfliknya. Apa idenya yang gak menarik atau bagaimana?
Membangun cerita itu harus bersabar. Tapi jangan terlalu sabar sampai lupa menuju konflik. Harus proporsional. Coba buat kerangka cerita dulu. Misal target cerpen 5 halaman, sebelum halaman 3 sudah harus ada percikan-percikan menuju konflik.
13. Saya sudah halaman 4, tapi masih belum naik juga konfliknya. Apa idenya yang gak menarik atau bagaimana?
Membangun cerita itu harus bersabar. Tapi jangan terlalu sabar sampai lupa menuju konflik. Harus proporsional. Coba buat kerangka cerita dulu. Misal target cerpen 5 halaman, sebelum halaman 3 sudah harus ada percikan-percikan menuju konflik.
14. Untuk cerpen itu maksimal harus ada berapa tokoh? dan bolehkah cerpen itu tanpa konflik?
Idealnya 2-4 tokoh. Tapi kalau buat saya pribadi, biasanya 2-3 saja. Terlalu banyak tokoh tak akan bagus jadinya. Pendalaman karakter akan kurang. Cerpen bukan novel yang lumayan panjang. Di novel, untuk mendalami karakter sebanyak 8-10 orang sekalipun, pasti bisa. Di cerpen, jelas tidak.
15. Saya merasa bingung dalam penggunaan POV. Adakah saran dalam penggunaan POV yang baik?
POV (Point Of View) yang paling aman, POV 1 (bisa pakai "aku", "saya", "gue", dsb untuk narator). Si "aku" terlibat dalam cerita dan kita tinggal mengikuti alur saja.
15. Saya merasa bingung dalam penggunaan POV. Adakah saran dalam penggunaan POV yang baik?
POV (Point Of View) yang paling aman, POV 1 (bisa pakai "aku", "saya", "gue", dsb untuk narator). Si "aku" terlibat dalam cerita dan kita tinggal mengikuti alur saja.
16. Untuk judul cerpen sebuah koran, apa ada minimal atau maksimal jumlah kata (pada judul)?
Kalau judul, saya kira bebas. Ada media yang mau menerima judul belasan kata, asal bagus dan pas. Tapi beberapa redaktur biasanya tak suka judul panjang. Tempo hari pernah ada aturan maksimal 4 kata saja untuk judul cerpen di Media Indonesia. Entah sekarang. Jawa Pos dan Koran Tempo yang biasa sering saya temui memuat judul-judul panjang. Media-media lokal pun tergantung. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah ruang di halaman rubrik tersebut; apakah pada minggu-minggu itu tersedia atau tidak? Karena tiap media kadang ruang rubriknya berubah luas sebab adanya "kotak iklan" yang beda-beda ukuran. Untuk jaga-jaga baiknya pakai judul yang wajar saja.
17. Pertanyaan yang ini bukan tentang cerpen. Tapi penasaran, siapa guru menulis cerpen Ken Hanggara? Dan buku bacaan apa yang disukai? Satu judul cerpen yang terkhir dibaca dalam pekan ini berjudul apa?
Saya tidak berguru secara langsung ke siapa2. Hanya berguru dari buku2 karya banyak penulis dalam dan luar negeri. Susah juga menyebut buku terfavorit karena saking banyaknya. api utk menyebut sebagian saja ada Seno Gumira Ajidarma, Eka Kurniawan, Ernest Hemingway, Hanan Al-Shaikh, Mark Haddon, Junot Diaz, Stephen King, Ayu Utami. Kalau disebut semua seperti ga akan cukup waktunya. Karena saking banyaknya.
PENUTUP
Menulis cerpen yang baik itu intinya ada pada seberapa rutin dan niat kita berlatih. Di awal-awal mungkin kita akan terpancing mengekor gaya atau ciri khas penulis favorit kita. Itu wajar, tapi kalau bisa bertekadlah menuju pada ciri khas sendiri. Proses ini tak sebentar. Hanya mereka yang punya tiga hal ini yang mampu:
Sebab penulis adalah seniman yang harus kreatif berpikir dan beraksi. Memang tak ada yang baru di dunia ini. Tak ada. Tapi cobalah untuk jadi "istimewa". Motivasi diri agar cerpen-ceren kita "kudu" istimewa. Bagaimana cara agar tahu itu istimewa? Banyak baca cerpen punya para penulis. Dengan tahu banyak cerpen, kita pun tahu "warna" cerpen macam apa saja yang pasaran dan tidak.- kesabaran
- ketekunan
- hasrat tak putus utk mencoba menulis cerpen yang "beda" dan terus berkreasi.
(Ken Hanggara, 2019)