Tega Larane Ora Tega Patine
Masyarakat Jawa tidak asing dengan ungkapan "Tega Larane Ora Tega Patine". Ungkapan ini menggambarkan bagaimana eratnya hubungan persaudaraan. Terlebih jika hubungan persaudaraan tersebut terikat oleh ikatan darah.
Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, secara harfiah ungkapan tersebut berarti tega sakitnya, tidak tega matinya. Artinya meskipun antar saudara sering kali bertengkar, cekcok, beda pandangan, namun jika terjadi kesulitan dan penderitaan, mereka tetap akan saling menolong.
Ada sebuah cerita yang dapat kita ambil hikmahnya. Disebuah desa ada sebuah sumur yang dianggap angker. Hal ini dikarenakan setiap kali penduduk desa ingin mengambil air, tali dan ember yang diulurkan kedalam sumur selalu ditarik. Beberapa ember bahkan terlepas dari talinya. Kemungkinan ada yang membuka simpul tali itu di dalam sumur sana. Sekian lama tidak diketahui penyebab kejadian aneh ini.
Banyak penduduk desa menyimpulkan, bahwa sumur itu dihuni oleh sesosok jin jahat yang suka mengganggu. Karena air merupakan kebutuhan vital penduduk, tetua desa pun berkumpul. Melalui musyawarah diputuskan untuk menjawab teka teki sumur angker, seseorang harus masuk kedalamnya.
Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, secara harfiah ungkapan tersebut berarti tega sakitnya, tidak tega matinya. Artinya meskipun antar saudara sering kali bertengkar, cekcok, beda pandangan, namun jika terjadi kesulitan dan penderitaan, mereka tetap akan saling menolong.
Banyak penduduk desa menyimpulkan, bahwa sumur itu dihuni oleh sesosok jin jahat yang suka mengganggu. Karena air merupakan kebutuhan vital penduduk, tetua desa pun berkumpul. Melalui musyawarah diputuskan untuk menjawab teka teki sumur angker, seseorang harus masuk kedalamnya.
Tidak ada seorangpun penduduk desa yang berani untuk masuk kedalam sumur karena takut. Kemudian ada seorang pemuda, ia bersedia dengan syarat. Saudara kandungnya harus ikut memegang tali ketika ia masuk kedalam.
Orang-orang bertanya "kenapa harus saudaramu, disini juga banyak pemuda-pemuda yang tegap lagi kuat. Saudaramu itu tinggal nya jauh dari desa kita ini?" Pemuda itu tak bergeming. Karena tidak ada orang lain yang berani masuk ke dalam sumur, merekapun lalu menjemput saudara kandung pemuda itu.
Pagi itu, setelah mengikat tubuhnya dengan tali si pemuda pun turun ke dalam sumur. Orang-orang beramai-ramai memegang tali, termasuk disana saudara kandungnya. Perlahan mereka menurunkan tubuh pemuda itu sehingga masuk ke dasar sumur.
Semua menanti dengan hati berdebar. Di atas batu di dasar sumur, si pemuda menemukan seekor monyet. Inilah sumber masalah nya selama ini. Ia lalu membawa monyet itu bersamanya dan berkata, "tarik talinya !"
Dengan segera penduduk desa menarik tali pengikat tubuh si pemuda. Menjelang sampai ke permukaan sumur, si monyet yang begitu senang melihat cahaya matahari terlepas dari pegangan pemuda, memanjat sisa tali dan melompat keluar sumur.
Karena kaget dengan sosok hewan ini, dan rasa takut yang telah mencengkram hati, penduduk desa berhamburan berlari melepas tali. Mereka mengira jin sudah merubah pemuda malang itu menjadi sesosok monyet. Semua lari kecuali saudara kandung pemuda itu.
Ia tetap bertahan memegang tali dan dengan susah payah menarik tali menyelamatkan adiknya seorang diri. Fahamlah penduduk desa, mengapa si pemuda begitu menginginkan kehadiran saudaranya. Tanpanya, ia pasti sudah mati terhempas sebab mereka semua berlepas diri meninggalkannya.
Kapanpun, saudara adalah saudara. Tak pandang seberapa banyak harta yang dipunya. Seberapa jauh jarak diantaranya, ikatannya tak kan lekang oleh masa, begitulah gambaran "Tega Larane Ora Tega Patine"