Berpenghasilan 100 Juta Sebulan, Begini Cerita Akmal Ibrahim tentang Putranya
Siapakah Akmal Ibrahim? Ia adalah Bupati Aceh Barat Daya, masa bhakti 2017-2022. Membesarkan anak-anaknya menjadi pekerja keras agar tak miskin, adalah prinsipnya. Kemiskinan lebih dekat dengan kekufuran, hadits yang ia "pegang". Maka ia berusaha menanamkan kemandirian sejak dini.
Sumber: FB Akmal Ibrahim |
Cerita inspiratif ini, pertama kali saya baca di status FB nya Mbak Naniek S. Deyang, wartawan senior, yang ia copas mungkin dari tulisan asli Pak Bupati sendiri. Begini cerita copasnya:
Heboh soal anak saya, yang berpenghasilan seratusan juta sebulan, sudah masuk media online dan mengundang banyak tanggapan. Biar nggak jadi fitnah, rasanya perlu saya jelaskan.
Itu anak kedua, namanya Fathur Rahman, sekitar 22 tahun umurnya. Dia sebenarnya anak putus sekolah. Lulus Fatih Billigual School di B Aceh, dapat beasiswa pemerintah Turki dan kuliah di Turki. Setahun di Turki, dia balik ke Indonesia dan bilang tak betah di sana karena faktor makanan yang tak cocok.
Tes lagi, lulus di Presiden University, Jakarta. Tahun ketiga, bilang "Ayah saya tak mampu". Oke bagus, sekarang Fathur ayah yang didik langsung.
Saya serahkan dia 5 kolam udang. Saya tak mencampuri, tapi saya mengajari dan mengayomi. Setahun dia sudah mengembangkan jadi 13 kolam.
Pernah gagal, galau dan nggak pede jadi petani tambak. Tugas sayalah membimbingnya. Dan kini, sebagian besar udang yang beredar di Abdya hingga ke Aceh Selatan, Subulussalam dan Nagan Raya, adalah produksinya. Kadang dia juga mengirim ke Medan.
Sehari-hari dia naik Honda dan becak. Kalau panen, sehabis shalat subuh dia sudah naik becak dari Markisa ke pabrik es di ujung serangga. Dia membeli es balok sendiri, memikulnya sendiri, dan kalau becaknya mogok, subuh buta dia mendorong becak penuh barang itu ke pulau kayu.
Saya bangga, dia anak cerdas dan bekerja keras. Dalam foto yg makan bakso itu. Anak pertama, dari tamat SD masuk pesantren hingga lulus di Gontor. Tamat Gontor, lulus di luar negeri, tapi saya larang.
"Ananda", kata saya, "Kalau kamu nanti jadi ulama, jangan tangan di bawah. Belajar bisnis halal dulu sama ayah, baru boleh kuliah lagi".
Dia saya kasih juga tambak udang. Sukses malah sudah duluan ekspor udang, dan berhasil bermitra dengan sebuah BUMN. Namanya Abrar Ridha, hafis Qur'an 30 juz, dan baru naik tingkat 2 di Al-Azhar, Mesir. Sambil kuliah, dia memilih bisnis baru sebagai peternak kambing dan lembu sekarang. Dia bisa memanage dan mengontrol usahanya cuma dengan HP dari mesir.
Dia baru memulai, tapi target penghasilannya di atas 200 juta sebulan. Dalam foto, dia memakai kacamata. Anak ketiga itu petani pisang, namanya Al-Muttaqin, kuliah tingkat terakhir di Jogja.
Dia petani pisang, baru memulai. Dia menanam pisang, limbah pisang seperti batang, daun, dan bonggol untuk makanan ternak abangnya, sementara limbah peternakan seperti kotoran dan kencingnya, untuk pupuk pisang dia. Mereka punya usaha berbeda, tapi bersinergi.
Sebagai pengusaha dan petani pisang, dia juga saya tergetkan berpenghasilan di atas 200 juta sebulan. "Jangan tinggalkan anak-anak mu dalam keadaan lemah." Itu pesan Allah lewat surat an-nisa. Termasuk lemah fisik, lemah ilmu, lemah ibadah, lemah adab, dan lemah ekonomi.
"Jagalah dirimu dan keluarga mu dari api neraka" itu juga pesan Allah dalam Qur'an yang kemudian dikaitkan dengan hadits', kemiskinan lebih dekat dengan kekufuran. Maka anak-anak saya harus saya didik sebagai pekerja keras agar tak miskin, dan agar tak lebih dekat dengan kejahatan karena jelas itu neraka ujungnya.
Saya tulis ini, agar kalian yang membaca berita anak bupati berpenghasilan di atas seratus juta sebulan, tak salah paham. Mereka tak satupun berminat kerja kantoran, tapi mandiri. Saya hanya seorang ayah yang ingin anaknya sukses segala hal, sebab itu mereka harus saya didik dengan cara saya.
Anak-anak muda, semua punya kelebihan dan kemampuan. Jangan kalian iri, tapi coba belajar dan bangkit. Saya mau membuka kiat-kiat sukses jadi petani atau pengusaha pertanian secara gratis, dalam forum-forum diskusi rutin, misalnya.
Tapi kalau dicampur dengan kacamata politik, atau banyak kali pendapat yg tak punya kaitan dengan topik, malas saya. Kalau ada forum, saya senang sekali untuk berbagi.
Maaf tulisan ini agak panjang......
Setelah baca copasan itu, saya jadi tertarik menelusuri jejak Bupati Akmal ke Face Book nya. Benar saja, ini ditulis September 2019 silam.
Hingga saya menuliskan ini, sudah 23 ribuan kali postingan itu dibagikan, mengesankan.